Transformasi digital telah memicu gelombang disrupsi yang mengubah prospek pertumbuhan dan pembangunan ekonomi di seluruh dunia. Namun, banyak ekonomi yang berjuang untuk meraup manfaat penuh dari perubahan ini. Mereka yang gagal beradaptasi berisiko tertinggal.
Ekonomi digital memberikan peluang baru bagi bisnis dan pekerja untuk berinovasi, bersaing, memperluas basis pelanggan, dan memasuki pasar baru dengan mudah. Ekonomi digital juga berpotensi mengurangi biaya operasional dengan merampingkan proses dan mengotomatiskan tugas-tugas manual, mengurangi redundansi, dan meningkatkan produktivitas. Ekonomi digital juga dapat memungkinkan perusahaan untuk mengembangkan produk dan layanan baru yang inovatif, serta mengubah yang sudah ada.
Mereka yang tidak merangkul inovasi ini dan mengadaptasi model bisnis mereka akan menghadapi sejumlah tantangan, termasuk penurunan penjualan dan pangsa pasar, penurunan permintaan tenaga kerja, dan kemungkinan penutupan. Misalnya, Blockbuster dan toko persewaan film lainnya tutup karena semakin banyak orang beralih ke teknologi streaming. Sementara itu, layanan taksi berjuang untuk bersaing dengan Uber dan Lyft.
Seiring dunia beralih ke ekonomi digital, pemerintah perlu mengambil tindakan untuk memastikan bahwa mereka siap memanfaatkan perkembangan ini sebaik-baiknya. Ini akan memerlukan perubahan kebijakan besar, termasuk pengembangan kebijakan dan lembaga yang lebih responsif dan inklusif. Mereka harus mencakup pemikiran dan adaptasi baru yang membahas masalah yang terkait dengan kebijakan dan regulasi persaingan, ekosistem inovasi, infrastruktur digital, pengembangan tenaga kerja, kerangka kerja perlindungan sosial, dan sistem pajak. Tujuannya adalah untuk menciptakan lingkungan kebijakan yang mendukung kemajuan teknologi sambil mengurangi dampak negatifnya, termasuk perpindahan pekerja dan berkurangnya pertumbuhan.