Perubahan Ekonomi di Eropa: Dampak Krisis Energi terhadap Perekonomian

Lanskap ekonomi dan politik yang penuh gejolak di Uni Eropa (UE) membuat upaya mencapai konsensus tentang agenda bersama menjadi semakin sulit. Namun, terlepas dari berbagai tantangan, UE tetap berkomitmen pada prinsip dan nilai-nilai pendiriannya, seperti kebebasan bergerak orang, barang, jasa, modal, dan gagasan, serta penyelesaian sengketa antarnegara secara damai. UE juga terus menjadi pemimpin global dalam inovasi dan pelopor dalam mempromosikan peran perempuan sebagai agen perubahan.

Dalam menghadapi tantangan ini, penting untuk menilai sejauh mana kita berada dalam perjalanan menuju masa depan yang lebih berkelanjutan dan sejahtera. Kita harus mengingat pentingnya menyeimbangkan dimensi ekonomi, lingkungan, dan sosial dari pembangunan. Ini berarti mengatasi kemiskinan dan kesenjangan, berinvestasi pada manusia dan lembaga, meningkatkan hak asasi manusia dan demokrasi, serta memastikan pertumbuhan yang berkelanjutan dan inklusif untuk semua.

Berinvestasi dalam Infrastruktur untuk Energi

Keamanan energi merupakan landasan strategi Uni Eropa untuk ekonomi yang lebih kuat, lingkungan yang lebih bersih, dan dunia yang lebih aman. Kebijakan energi EC bertujuan untuk mendorong investasi dalam energi terbarukan, memperkuat efisiensi dan daya saing pasar listrik, serta memastikan bahwa konsumen menerima pasokan energi yang terjangkau dan andal.

EC juga mendukung kerja sama internasional terkait perubahan iklim, hilangnya keanekaragaman hayati, dan pengelolaan sumber daya alam bersama. EC dan negara-negara anggotanya bekerja sama di bidang air, energi, iklim, kesehatan, dan pangan untuk mendukung negara-negara berkembang dalam upaya mereka mengembangkan kapasitas mereka sendiri untuk menghadapi tantangan ini.

Dalam konteks ini, EC sedang menerapkan Strategi Kerangka Kerja Uni Energi yang baru untuk tahun 2025 dan Rencana Aksi Uni Energi 2020-2030. Peta jalan ini menguraikan bagaimana UE akan memenuhi targetnya untuk mengurangi emisi gas rumah kaca sebesar 40% pada tahun 2030 dan meningkatkan efisiensi energinya sebesar 30%.

Energi merupakan komoditas vital di era globalisasi dan sangat penting untuk memastikan kita memiliki persediaan yang cukup untuk masa depan. Ini akan memerlukan upaya bersama dari semua pihak untuk mengurangi permintaan, meningkatkan efisiensi persediaan yang ada, dan mendiversifikasi sumber energi.

Populasi dunia makin mencari bentuk energi yang berkelanjutan dan bersih. Menurut Badan Energi Internasional (IEA), permintaan energi akan tumbuh sebesar 50% secara global pada tahun 2050 tanpa peningkatan signifikan dalam investasi publik.

Untuk menghadapi tantangan ini, UE perlu berinvestasi di sejumlah area utama, termasuk jaringan transmisi yang lebih efisien, pengembangan bahan bakar dan teknologi yang lebih ramah lingkungan, serta pengembangan sistem transportasi yang lebih berkelanjutan. Selain itu, UE harus terus membangun kemitraan yang sukses dengan ASEAN dalam berbagai isu utama seperti digitalisasi, agro-pangan, perubahan iklim, dan perdagangan. Kemitraan ini akan sangat penting untuk memastikan masa depan yang lebih berkelanjutan dan sejahtera.